TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Sebuah Titah, Takdir untuk Berpisah {8}



Sebuah Titah, Takdir untuk Berpisah {8}

0 Hari ini, Xie Liao Xuan tampak merenung. Padahal, dia sudah siap dengan pakaian tempurnya. Tatapnnya seolah kosong, dan senyum itu, sama sekali tak tampak di bibirnya. Jangankan semangat untuk memenangkan pertarungan ini, semangat untuk hidup pun sepertinya tak ada sama sekali pada wajah Xie Liao Xuan.     
0

Dewa Li Qian Long, hanya bisa menghela napas, melihat pemandangan Putra Mahkota seperti itu. Bahkan di matanya, suasana ini bukanlah suasana yang cerah dengan kicauan burung surgawi, bukan juga dengan semilir angin yang menjatuhkan bunga-bunga persik sampai ke sungai. Tapi yang dia lihat, gumpalan awan hitam, dengan badai yang tak bisa dihindari. Suara petir bergemuruh dengan sangat kuat, seolah-olah suasana mengerikan itu ingin membuat luluh lantah Putra Mahkota.     

"Putra Mahkota," Dewa Li Qian Long akhirnya mendekat. Xie Liao Xuan tak berkutik, dia masih sama dengan posisi seperti tadi, serta dengan pandangannya seperti tadi."Yang Mulia Putra Mahkota, bagaimana bisa Anda tampak murung di saat sebentar lagi Anda akan berangkat ke medan tempur. Bukankah hal ini akan mengurangi semangat Yang Mulia dalam pertempuran nanti? Ada sebuah buku kuno yang mengisahkan, seorang Raja hendak pergi berperang melawan musuhnya. Namun, tepat sebelum peperangannya, Raja itu tampak merenung. Dia menyendiri, tanpa ada rasa semangat dia memandangi ke arah langit luas. Entah, derita apa yang sedang dia emban, seolah-olah pikirannya hanya bisa menutup sebuah kesengsaraan.     

Sampai hingga pada masanya peperangan tiba, dia masih melamun dan tak punya gairah untuk menang. Musuhnya yang mengetahui itu, dengan musah memberikan bisikan-bisikan menyesatkan. Hingga akhirnya, Sang Raja tersebut terpengaruh, kemudian dia mati dengan sia-sia di tangan musuhnya, hanya dengan sebilah pisau yang ditikamkan ke dadanya.     

Xie Liao Xuan hanya tersenyum getir menanggapi hal itu, kemudian dia memandang ke arah Dewa Li Qian Long.     

"Yang Mulia Putra Mahkota, boleh hamba mengatakan sesuatu kepadamu?" katanya lagi, tapi Xie Liao Xuan tak menyahuti apa-apa."Setelah ini, akan ada masa dan waktu yang benar-benar berat. Perjuangan dan tingkatanmu sebagai seorang Putra Mahkota kebanggaan langit akan benar-benar diuji di sini. Tanpa ada ampun, dan belas kasihan. Jadi hamba mohon kepada Yang Mulia Putra Mahkota, sekiranya Yang Mulia bisa tetap bersikap logis sampai akhir. Jangan terpengaruh dengan hasutan, dan amarah. Dan selalu ingat, jika mata bukanlah tempat yang benar-benar untuk bisa melihat kebenaran ataupun kesalahan. Tapi, gunakan logika serta hatimu,"     

"Dewa Li Qian Long, bisakah kau berhenti berbicara?" ucap Xie Liao Xuan pada akhirnya. Kemudian dia mengambil sebuah pedang berwarna keemasan yang ada di sisi kirinya, dan menghunusnya dari tempatnya. "Kau adalah seorang Dewa yang mengatur dan mengetahui takdir semua makhluk di jagad raya ini. Jadi berhentilah mengatakan hal-hal itu, karena aku tahu, kamu bahkan lebih tahu dengan baik bagaimana takdirku setelah ini."     

"Yang Mulia—"     

"Namun aku hanya ingin mengatakan kepadamu, jika mugkin benar ini adalah akhir dari takdirku, dan aku akan hancur seperti abu atau malah mati selama beberapa ratus tahun. Aku ingin menitipkan pesan kepadamu, Dewa Li Qian Long. Jaga Anqier untukku,"     

"Yang Muliah Putra Mahkota, waktunya sudah tiba untuk Yang Mulia Putra Mahkota pergi. Raja Iblis sudah mulai mendekat ke arah pintu gerbang istana langit. Jika Yang Mulia tidak segera datang, semuanya akan menjadi sia-sia," Li Zheng pun mendekat.     

Dewa Li Qian Long tampak menyipitkan matanya, kemudian dia melirik kembali ke arah Xie Liao Xuan.     

"Tunggu...," kata Dewa Li Qiang Long. "Li Zheng, bukankah kau penasehat dari Yang Mulia Putra Mahkota serta tangan kanan yang paling setia, lantas bagaimana bisa kau masih dengan pakaian cantikmu itu dan tak bersiap untuk ikut dalam peperangan ini?"     

Li Zheng tampak tersenyum, setengah menunduk dia mengibaskan ujung pakaiannya, kemudian dia berjalan mendekat ke arah Dewa Li Qian Long dengan pandangan tajamnya.     

"Saya sangat menyesal, Dewa Li Qian Long. Tapi, Yang Mulia Raja melarang saya untuk membantu Yang Mulia Putra Mahkota dengan pertarungan ini. Bahkan, saya harus menerima cambukan dari Yang Mulia Raja karena dipandang tak becus untuk menjaga Yang Mulia Putra Mahkota sampai Yang Mulia Raja kecolongan tentang adanya Anqier di kehidupan Yang Mulia Putra Mahkota,"     

Kedua tangan Dewa Li Qian Long mengepal kuat-kuat, untuk kemudian dia melirik ke arah Xie Liao Xuan yang sudah beranjak pergi sambil menepuk bahu dari penasihatnya itu. Untuk kemudian, keduanya saling pandang dengan jenis pandangan susah untuk diartikan.     

Hingga saatnya Dewa Li Qiang Long terbang, kemudian dia berhenti tepat di depan Xie Liao Xuan yang baru saja hendak membuka gerbang kerajaan langit.     

"Xie Liao Xuan...," panggil Dewa Li Qian Long tanpa menyebut pangkat dari Xie Liao Xuan. Dan agaknya Xie Liao Xuan tahu, kalau Dewa Li Qian Long sudah mengatakan itu, pasti ada satu hal yang tak beres. Meski dia sendiri juga tak yakin, apa itu. Atau benar, jika dia akan benar-benar musnah dan tak bisa kembali lagi ke kerajaan langit. Mengingat bahwa ada kabar yang mengatakan, alasan Raja Iblis berani menyerang kerajaan langit adalah, karena dia telah memiliki satu senjata andalan untuk memusnahkan klan langit menjadi seperti abu. Jadi para klan langit yang mati dalam berperang tidak bisa hidup kembali. Karena senjata itu, memutuskan kehidupan abadi dari para penghuni langit. "Bisakah kau jangan pergi saja?"     

"Apa yang kau lakukan, Dewa Li Qian Long? Kau ini Dewa yang maha tahu segalanya. Kenapa kau sampai seperti ini. Menyingkirlah, aura bumi tidak akan pernah membuatmu terasa baik."     

"Yang Mulia Putra Mahkota—"     

"Kau tahu, aku harus selesaikan pertarungan ini segera, karena aku sudah tak ada waktu untuk sekadar berbincang denganmu. Semakin cepat aku menyelesaikannya, maka akan semakin cepat pula aku bisa membebaskan Anqier. Karena aku tak mau, dia merasakan penderitaan di bukit sialan itu lebih lama lagi."     

Xie Liao Xuan langsung terjun bersama dengan para pasukannya. Kemudian, gerbang langit ditutup oleh para prajurit penjaga. Dewa Li Qian Long, tampak tersenyum getir. Seolah semua yang dia usahakan akan percuma begitu saja. Dia kembali menghela napas panjang, kemudian tersenyum getir.     

"Bagaimana kau akan menyelamatkan manusia setengah Dewi itu, bahkan dirinyalah akhir dari hidupmu,"     

Setelah mengatakan itu, Dewa Li Qian Long langsung berjalan pergi, kemudian tubuhnya menghilang begitu saja dari sana. Pikirannya benar-benar kacau, dia ingin sekadar menenangkan diri di paviliunnya, atau jika tidak. Kedua tangannya sendirilah yang akan menghancurkan tatanan takdir semua orang hanya karena dia begitu menyayangi Putra Mahkota Xie Liao Xuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.